
Editorial — Kita percaya, bahwa setiap pemimpin yang dilahirkan atas mandat rakyat, tentu, memiliki cinta terhadap negeri ini. Bukan sekadar cinta biasa, bahkan mereka rela berkorban waktu dan tenaga untuk berjuang atas nama cinta pada bangsa.
Waktu yang sebelumnya digunakan untuk keluarga, kini semakin berkurang demi memenuhi hajat hidup banyak manusia. Para pemimpin memilih selesai pada kehidupan diri sendiri, lalu memilih memulai untuk kehidupan banyak orang yang bahkan tak dikenali.
Tetapi, di sisi lain, cinta generasi bangsa mulai berguguran. Hingar-bingar berita ibu kota membuat anak muda di daerah kecewa, dan memilih mengubur seluruh kepeduliannya. Lelah untuk berpikir kritis, memilih menjadi apatis.
Ini bukan masalah biasa, tidak terbayang bilamana sejarah berdirinya bangsa Indonesia yang terukir manis oleh perjuangan dan pergerakan anak muda dahulu, kini menjadi lembaran usang. Perjuangan anak muda harus tetap dilanjutkan, sekarang, esok dan masa depan.
Achmad Fauzi Wongsojudo, Bupati Sumenep, sangat memahami persoalan ini. Tidak satu kata pun keluar dalam pidatonya yang menyudutkan peran, gagasan, dan partisipasi pemuda dalam membangun daerah.
Bukan hanya itu, karpet merah selalu ia hampar agar pemuda pemudi di daerahnya bisa berpendapat, beradu ide dan inovasi dalam memajukan negeri. Anak muda yang sebelumnya apatis terhadap pemerintahan dan birokrasi, mulai memahami betapa peran mereka sangat krusial dalam membawa negeri ke era yang lebih baik.
Betapapun ngerinya menjalani peran dalam birokrasi dan pemerintahan dalam bayangan mereka sebelumnya, betapapun kuatnya memori buruk mereka tentang elit, pejabat dari berita-berita ibu kota, Achmad Fauzi tetap meminta anak muda Sumenep untuk terlibat dalam perumusan kebijakan strategis, hingga peran secara teknis.
Pelan tapi pasti, Achmad Fauzi mengajari anak muda bukan untuk sekadar mengaku cinta terhadap negeri, namun juga mengajari bagaimana memperjuangkan cinta itu, sebagaimana perjuangan Soekarno muda, Hatta muda, Sjahrir muda, RA Kartini muda untuk rakyat Indonesia.
Achmad Fauzi memberikan pelajaran kepada anak muda bahwa pada setiap kebijakan yang dirumuskan untuk memenuhi hajat banyak orang, di sana, ada senyum orang tak kita lihat, ada ungkapan terima kasih yang tak tersampaikan, ada doa yang diam-diam diberikan.
Ada senyum abang becak, ada kebahagiaan pemudik, ada kegembiraan petani, ada haru para nelayan, ada buruh senang dalam bekerja, ada kebahagiaan pelaku seni, ada keceriaan anak yatim, ada tangis ibu-ibu. Dan semua itu, tidak bisa kita lihat, namun bisa kita rasakan.
– Redaksi Berita Madura –