
Editorial — Jika kita dilemparkan pertanyaan, berapa bupati atau pejabat pemerintahan di Indonesia yang membuka ruang selebar-lebarnya kepada anak muda untuk menuangkan kreasi dan kreativitas dalam sebuah karya?. Tentu, banyak, atau bahkan, nyaris semua.
Poster ajang adu kreasi berupa lomba desain logo, cipta puisi, baca puisi, menggubah lagu, fotografi, video cinematic hingga seni lukis dan ukir sering diselenggarakan oleh pejabat pemerintah kota, pemerintah provinsi bahkan pemerintah pusat. Hal-hal seperti ini banyak kita jumpa di sosial media.
Namun, bila ditanya berapa pemimpin dan pejabat pemerintah yang hobi berkarya, suka mengarang karya seni, memberikan contoh, menjadi teladan kepada anak muda dan generasi bangsa bahwa berkarya itu adalah penting sekaligus hal paling menyenangkan untuk ditekuni ?. Jawabannya, sedikit, sulit ditemui.
Realitas politik di Indonesia, khususnya di tingkat kabupaten atau kota menunjukkan bahwa bupati yang dikenal menulis, menggubah syair, menciptakan lagu, dan suka berkarya memang tergolong langka. Dan di antara yang langka itu, hadir nama Achmad Fauzi Wongsojudo, kepala daerah kabupaten ujung timur Pulau Madura.
Achmad Fauzi bukan sekadar memberikan wadah bagi mereka yang suka berkarya, namun juga menumbuhkan minat berkarya kepada mereka yang belum banyak berbuat, yang terjebak dalam rutinitas monoton.
Tidak sedikit dari lagu-lagu yang diciptakannya kita temui di beranda media sosial, tiktok, YouTube, dan platform lainnya. Dari ‘Mencintai Tanpa Dicintai’, ‘Tanda Tanya’ dan ‘Kau Mendua’. Jangan dianggap sederhana, di antara ciptaan lagu Achmad Fauzi mengandung filosofi penuh makna. Beberapa lainnya tentang kisah cinta untuk menggugah rasa penasaran anak muda.
Selain mengarang lagu, Achmad Fauzi juga suka menulis. Tulisan-tulisan Fauzi menginspirasi banyak kaula muda yang sedang meniti terjal jalan kehidupan.
‘Saatnya Move On’, ‘Demi Kaum Pemuda’, ‘Perjalanan Panjang Menuju Keris Terpanjang’ menandai keseriusan Fauzi menyajikan warisan intelektual untuk generasi di daerahnya.
– Berkarya dalam Bekerja –
Implementasi karya menurut kacamata Achmad Fauzi pun mengalami perluasan makna. Sebagai bupati, Fauzi seringkali mendorong seluruh aparatur sipil negara, pejabat pemerintahan Sumenep untuk ikut berkarya, dalam arti berinovasi, menumbuhkan buah pemikiran baru untuk memberikan pelayanan terbaik sekaligus meningkatkan kualitas dan efektivitas kerja.
“Tidak bisa bekerja dengan pola lama,” tuturnya. Singkat tapi pandat. Pesan Achmad Fauzi kepada ASN dan pejabat pemerintahan ini menggaris bawahi pentingnya menerapkan prinsip ‘berkarya dalam bekerja’.
Hampir lima tahun terakhir, kita telah disaksikan akan hadirnya perubahan nyata, di mana organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep berlomba-lomba dalam berinovasi, berkarya, menciptakan platform teknologi. Semua itu dilakukan demi mencapai tujuan mulia, mempermudah struktur kinerja, memberi banyak kemudahan kepada warga.
Call 112 untuk kedaruratan dan problem solving masyarakat, layanan pensiun duduk manis, aplikasi E-Pindah, layanan antrean digital RSUD dr. H. Anwar Sumenep, platform sekaligus aplikasi di bidang lainnya, menjadi langkah nyata dari semangat berkarya pemerintah daerah di era Achmad Fauzi.
Achmad Fauzi ialah bupati muda, semangatnya dalam berkarya memberi pengalaman bermakna kepada kita semua. Bahwa dengan berkarya, kita akan menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Berkarya, bukan hanya untuk membuka cakrawala dunia, namun untuk mengubah jalannya dunia.
– Redaksi Berita Madura —